
Ditengah-tengah Kota Kisaran yang terlihat semakin tua, tidak tertata dan bahkan terkesa kumuh, Masjid Agung bak mutiara memancarkan sinarnya. Masih seperti belasan tahun yang lalu, hanya batang-batang pohon palm raja yang tampak terus tumbuh. Upaya Asahan Budidaya Gaharu [ABG] menanam bibit pohon gaharu di halaman Masjid Agung beberap
Sebaliknya, area luar Masjid Agung Kisaran tampaknya tidak memberikan nuansa yang mendukung. Gedung-gedung Kota yang terlihat semakin tua, tidak tertata bahkan terkesan kumuh merupakan pemandangan yang sangat kontras dengan Masjid. Kisaran tampak seperti kota mati, dan seolah hanya tinggal Masjid Agung yang memancarkan titik kehidupan. Bagaimana tidak, Pemerintah Kabupaten sama sekali tidak mempedulikan tata estetika Kota Kisaran. Jalan Imam Bonjol tempat Masjid Agung kokoh berdiri, merupakan pusat kota Kisaran yang telah tumbuh berubah menjadi gedung-gedung bertingkat tanpa penghuni. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Asahan mengumbar ijin pembangunan gedung-gedung bertingkat untuk sarang burung wallet telah mengubah Kisaran menjadi kota yang mati suri, tidak lagi berkembang atau dikembangkan menjadi Kota yang tertata secara apik dan asri. Sampai sekarang Seputar Asahan masih bertanya-tanya bagaimana Pemerintah Pusat memberikan penilaiannya sehingga Kabupaten As
Kembali ke fungsi Masjid. Bagi Pemerintah Kabupaten Asahan, Takmir Masjid, dan umat muslim di Kota Kisaran, pengembangan fungsi Masjid Agung menjadi tantangan dan tugas penting pada masa akan datang. Mari kita bayangkan satu, dua, lima atau bahkan sepuluh tahun lagi. Masjid Agung Kisaran menjadi tempat berkumpulnya para generasi muda mengembangkan berbagai ilmu dan keahlian mereka. Perpustakaan Masjid dengan koleksi buku terlengkap menjadi sumber referensi Mahasiswa dan Ilmuan yang ingin menulis serta para peneliti mengangkat kembali sejarah kebudayaan melayu Asahan. Aula Masjid menjadi tempat berdiksusi berbagai masalah sosial budaya dan pembangunan di Asahan, pusat pergerakan sosial untuk mengontrol dan mengawasi pemerintahan yang zalim dan korup di Asahan. Di areal sekitarnya, toko-toko buku hasil tulisan ilmuan Asahan dijual, pernak-pernik sovenir khas Asahan seperti rajutan sajadah dari kapas, rangkaian tasbih dari bahan cangkang lokan, dan anyaman peci dari rotan, serta jajanan-janana khas Asahan dijual dengan kemasan yang rapi dan menawan setiap pengunjung untuk membelinya sebagai oleh-oleh khas Asahan.
Bayangkanlah, berawal dari revitalisasi fungsi sebuah Masjid, nantinya taraf ekonomi masayarakat sekitarnya juga akan terangkat sedemikian rupa. Sehingga kita tidak lagi perlu membangun gedung tinggi berharga milayaran rupiah hanya untuk "tidur" burung walet yang tidak jelas hasilnya bagi peningkatan pendapatan daerah. Dengan demikian, secara berangsur-angsur Kota Kisaran akan ditata kembali menjadi kota sebenarnya kota yang asri, estetis dan bersahaja. Ini bukan mimpi, tetapi cita-cita yang sangat mungkin menjadi nyata jika kita
bagus juga hasil kamera hp nya.. hehehe...
BalasHapusTulisan yang memberi inspirasi bagi pergerakan ummat.
BalasHapuswuaaaaa gapain tu salam jabat tangan,,TIM SUKSES yaa,,heheheheh
BalasHapusnice artikel sob
salam kenal
tulisan yg bagus, memang benar seharusnya masjid lebih di utamakan, apalagi saat Ramadhan seperti ini yang mana aktifitas lebih banyak dilakukan di masjid.
BalasHapuspake kamera hp aja keren tuh...
salam.
Yah semoga manusia tidak melupakan agamanya...terutama dengan sholat....apalagi dengan rumah ibadahnya.....
BalasHapus