Siapa Tokoh yang Anda Anggap Paling Mampu Perbaiki Kualitas Pelayanan Publik Jika Memimpin Asahan? lihat disini!!
Sekali klik Dapet Duit? Saya Sudah Buktikan Disini!!! DAFTAR GRATIS!!

Minggu, 24 Januari 2010

Internet dan Kultur Keberaksaraan

Oleh : Sukron Abdilah
KabarIndonesia [06/07/08]- Ketika perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tidak semaju seperti saat ini, orientasi para penulis hanya tertuju pada satu tekad. Artikel atau tulisannya harus dipublikasikan di media cetak seperti Koran, majalah, buletin, tabloid dan penerbitan buku. Namun, ketika zaman mulai bergulir ke arah virtualitas, masyarakat membutuhkan kecepatan mengakses informasi. Maka di era cyber ini banyak cara agar gagasan bisa diakses masyarakat. Tidak hanya di media cetak saja! Jika seorang dosen atau mahasiswa berkeinginan kuat gagasannya bisa dikritisi, direspon, dan dikonsumsi secara cepat individu yang lain. Caranya dengan membuat laman situs personal (blog), baik yang gratis atau yang menggunakan domain berbayar (co.id, net, org, com atau web.id). Dengan media yang memanfaatkan akses internet, mereka bisa mempublikasikan artikel, makalah, dan curahan ide lainnya secara cepat.


Zaman sekarang, telah ada gadget yang berfungsi sebagai komputer, HP, Televisi, MP3, Video, Radio, dan lain-lain. Kemudian dengan kemudahan akses internet dan tersedia web hosting gratisan, setiap individu mampu menciptakan, mencari, mengelola, dan menyebarkan pelbagai informasi. Melaui perangkat yang disediakan internet – misalnya lewat aktivitas ngeblog – setiap individu mengelola media secara mandiri. Dia menjadi seorang reporter, sekaligus menjadi pemilik media dan editor dalam menyajikan informasi kepada khalayak. Pesaing Utama Tak bisa disangkal bahwa kemajuan teknologi komunikasi terutama internet sebagai media komunikasi pada paruh awal abad 21 ini memang terasa pesat. Kemajuan teknologi komputer, kemudahan akses internet, dan kecanggihan teknologi seluler, membuat media massa mengarah pada satu konvergensi. Alhasil, kehadiran media online di internet yang lebih interaktif dan demokratis kian menjamur. Dengan teknologi internet nirkabel respon media semakin mengarah pada
bentuk media yang portable dan interaktif.

Di abad konvergensi ini media massa (cetak) memiliki pesaing utama dari personal media (Me Media), dan ketika personal media melakukan networking dengan personal media lain (misalnya saling memasang link di weblog) dia menjadi media yang dimassalkan (We Media). Maka untuk konteks abad konvergensi, media massa (mass media) ternyata sudah usang (obsolote), karena yang terjadi adalah the masses of media.

Individu “melek internet” tiba-tiba saja posisinya tidak lagi (hanya) menjadi konsumen infromasi (information consumer) yang pasif, akan tetapi aktif sebagai produsen informasi (information producer). Istilahnya adalah “prosumen” atau produser plus konsumen. Individu yang mengelola Me media dan We media, ia bisa melakukan digital social networking. Semacam aktivitas menyebarkan ide-gagasan atau informasi ke belahan pelosok sehingga bisa diakses oleh individu lain yang memiliki perhatian sama.

Aktivitas ngeblog (blogging), umpamanya, merupakan praktik seorang individu yang mengelola Me media dan ketika ia melakukan jejaring sosial dalam sebuah komunitas, tentunya sedang menciptakan We media. Ketika alamat website atau blog yang berisi postingan artikel dikunjungi dan membuat link alamat webnya, itu adalah wujud dari berubahnya Me media menuju We media. Dari yang tadinya hanya dinikmati segelintir orang, bisa dinikmati puluhan orang. Satu Visi: “kultur keberaksaraan” Beberapa media cetak di Indonesia , telah membuat versi online sehingga mudah diakses masyarakat menengah yang “melek internet”. Hal ini tentunya bisa menjembatani kesenjangan informasi antar dua lintas generasi. Satu generasi yang masih mencari informasi dari media cetak, dan satu lagi adalah generasi yang mencari informasi aktual dari dunia “maya” atau internet. Maka, dengan diluncurkannya edisi online oleh perusahaan pers adalah respon kreatif terhadap kemajuan ranah teknologis dan berusaha menjembatani keberbedaan cara mencari informasi. Antargenerasi satu visi! Ya, satu visi yakni menghidupkan “kultur keberaksaraan” di tubuh masyarakat kendati berbeda generasi (tua-muda).

Apalagi, hampir setiap media cetak yang di-online-kan melalui internet memfasilitasi para penulis lepas dan pewarta sipil (citizen journalism) untuk menghadirkan informasi, opini, pendapat dan berita yang tidak diperoleh wartawan media cetak. Maka, dengan memberikan ruang kepada pewarta sipil dan penulis lepas mengisi rubrik yang disediakan versi online, ini akan menghidupkan tradisi keberaksaraan di Indonesia. Sebab, ketika seseorang harus mengumpulkan, mengolah dan menyajikan informasi untuk publik atau komunitasnya secara online, ia harus terbiasa dengan tradisi membaca dan menulis.Apalagi di dunia jurnalistik, sekarang pencari berita tidak hanya yang memperoleh kartu pers dari media cetak saja. Seluruh warga dari berbagai profesi bisa aktif menulis isu-isu hyperlocal sehingga bisa menerobos kerumunan ruang dan waktu. Mereka disebut sebagai citizen journalism atau participatory journalism.

Citizen journalism atau participatory journalism, merupakan upaya penyajian informasi atas isu-isu hyperlocal yang dilakukan individu (Me media dan We Media) karena tidak bisa dijangkau media massa . Mereka menantang dan menggugat nilai-nilai jurnalistik lama, bahwa news harus diselaraskan dengan visi-misi media cetak karena posisi redaktur dan pemilik modal adalah the man who know much. Ketika pewarta sipil tidak diberikan ruang berekspresi, saya pikir akan jadi ancaman bagi eksistensi perusahaan pers yang mengandalkan kekuatan media cetak an sich.
Penulis adalah Mantan Ketua Lembaga Pers Ikatan (LPI) PC. IMM Kota Bandung ,
Alumni Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung .

sumber photo ilustrasi: http://klubguru.com/content/data/upimages/pasuruan-gurulatihaninternet-2.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lihat Page Rank Blog Anda :
dipersembahkan oleh Page Rank Checker