Siapa Tokoh yang Anda Anggap Paling Mampu Perbaiki Kualitas Pelayanan Publik Jika Memimpin Asahan? lihat disini!!
Sekali klik Dapet Duit? Saya Sudah Buktikan Disini!!! DAFTAR GRATIS!!

Sabtu, 08 Mei 2010

Chongbie & Secangkir Kopi Politik**

Jika anda merindukan kopi paling panas dan kental di kota Kisaran, carilah di Warung Kopi Chongbie. Soalnya kopi disitu tidak hanya diracik dengan bahan dasar kopi pahit dan pekat, tetapi sebelum meminumnya [harus] ditambah rempah bumbu politik. Begitulah gambaran Chongbie, warung kopi di sudut kota Kisaran yang sudah berdiri sejak tahun 50-an.

Ini termasuk "Warung Kopi Politik" tertua di Kota Kisaran, tepatnya terletak dititik pertemuan Jln Imam Bonjol dan Cokroaminoto, persis di depan tugu prjuangan Kisaran. Berukuran lebih kurang 4x 10 M2, menyediakan minuman panas, seperti teh, kopi dan kopi susu, juga makanan ringan sebagai teman minumnya. Bagi yang suka dengan telur ayam kampung setengah matang, juga ada. Jumlah pembayaran dihitung masih menggunakan cipoa, bukan kalkulator sehingga terasa sekali nuansa klasik-nya.

Entah sejak kapan warung ini disebut "Chongbie'. Diperkirakan Chongbie adalah nama pemilik asli yang pertama mendirikan usaha tersebut sekitar tahun 1950-an. Sebelum berubah menjadi warung kopi, konon Chongbie adalah sebuah Losmen. Sampai sekarang sudah memasuki beberapa generasi yang mengelolanya menjadi warung kopi, yaitu Cik Ahi. Nama resmi warung yang tertera adalah SUMBER BARU, terpampang di plang kayu warna dasar biru.

Uniknya, karena letaknya yang berada dipersimpangan dua jalan utama dan tempat strategis untuk mahsiswa dan para aktifis melakukan aksi dan bagi2 selebaran/orasi, Warung Kopi Chongbie ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah pergerakan dan dinamika politik di Asahan dari masa ke masa. Tidak hanya Mahasiswa dan LSM, konon elit politik seperti Risuddin, Taufan Gama, Syamsul Bahri Batubara, sesekali menyempatkan singgah dan minum "kopi politik" di Warung Chongbie ini. Bahkan untuk tokoh pers seperti Nurkarem Nehe serta tokoh2 generasi muda seprti Hidayat Taufiq, warung Chongbie sudah seperti "rumah kedua" bagi mereka untuk menikmati kental dan panasnya kopi.

Biasanya Chongbie sudah mulai ramai pengunjung antara pukul 7 s.d. 10 pagi, mereka tidak hanya menikmati kopi atau kopi susu Chongbie, tetapi juga berdiskusi secara informal mengenai situasi sosial politik terkini yang sedang menjadi isue hangat bahkan panas. Maka jangan heran jika suasana warung kadang gaduh dan ribut dengan perdebatan layaknya ruang paripurna dewan. Untuk ice breaking, sesekali diselingi "hiburan" dengan membahas seputar thema-thema perempuan sebagai sumber inspirasi para laki-laki.

Mengulas tentang warung kopi Chongbie ini, di Philipina ada "Cafe Conspiracy". Sama persis, ia menjadi tempat berkumpulnya berbagai aktifis, elit politik, dan Jurnalis. Tidak hanya dari Philipina, tetapi dari berbagai negara. Hanya saja, bedanya, Cafe Conspiracy dibentuk dengan dsign konsep yang memang sengaja diperuntukan sebagai tempat bertemu [centre point] para aktifis, dan merupakan bagian dari upaya membangun fund rissing bagi LSM disana. Sedangkan Chongbie menjadi seperti sekarang ini karena sebuah proses alamiah saja.

Fenomena Chongbie bagi saya menunjukkan adanya budaya dialog dan diskursus yang kuat dalam tatanan masyarakat kelas menengah atas di Asahan. Ini adalah modal yang bernilai positif dan perlu terus dikembangkan untuk mendukung proses pendidikan politik dan demokrasi di Asahan. Sebab budaya dialog dan diskursus yang dikelola secara baik dapat menjadi salah satu jaring pengaman untuk mencegah terjadinya konflik horisontal dan vertikal.

**tulisan ini diolah dari berbagai sumber.


Ilustrasi Photo; Suasana di Chongbie. Tampak para elit politik berkumpul dan bersikusi serius. Photo diambil oleh FBr Asahan : Awaludin, sumber:http://www.facebook.com/profile.php?id=100000277707997&ref=profile#!/photo.php?pid=315224&id=1821644690

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lihat Page Rank Blog Anda :
dipersembahkan oleh Page Rank Checker