[SeputarAsahan:19/08/09]: "Disini akan dibangun Hutan Kota". Demikian antara lain bunyi tulisan yang terpampang di areal seluas 14 HA ex HGU PT.BSP Kisaran yang jaraknya hanya 100 meter dari Kantor Bupati Asahan. Hutan Kota yang sudah dicanangkan lebih kurang dua tahun lalu, kondisinya kini terlantar.Pohon-pohon mahoni bantuan Menteri Kehutanan yang ditanam ketika itu kini tinggalah onggokan hijau yang terus berpacu dengan semak belukar. Hutan Kota terancam menjadi nostalgia dari sebuah usangnya gagasan yang tidak pernah menjadi nyata.
Padahal, jika kita masih ingat, dalam hitungan hari yang lalu Kabupaten Asahan memperoleh Piala Adipura. Jika Piala Adipura merupakan penghargaan untuk pemerintahan daerah yang mampu menciptakan serta menjaga kebersihan dan lingkungan kota yang asri (teduh), melihat kenyataan ini masihkah pantas Asahan memperoleh Adipura? Pemerintah Kabupaten Asahan perlu melakukan refleksi diri mengenai hal ini. Sebagai sebuah ide, harus diakui bahwa gagasan Hutan Kota merupakan terobosan yang cerdas dan seharusnya perlu dilanjutkan pembangunannya oleh siapapun yang meneruskan pemerintahan.
Adalah Ir.Angsgerius Takalapeta, Bupati Alor yang sudah menjabat dua periode kepemimpinan di Kabupaten Alor sebagai penggagas Hutan Nostalgia tersebut. Selama kepemimpinannya ia telah memprakarsai penanaman pohon tidak lebih dari 7.612.150 batang pohon di seluruh wilayah Kabupaten Alor, terdiri dari kenari, jambu mete, mahoni, kopi, kusambi, cendana, jati manila, mangrove, gmelina, sengon, kemiri dan tanaman langka lainnya. Hutan Nostalgia di Kabupaten Alor merupakan

Kita, warga Asahan juga punya Bupati yang sama-sama memimpin selama dua periode, tetapi kenapa di Kabupten Alor yang notebene daerah terpencil pada Propinsi Nusa Tenggara Timur itu bisa lahir gagasan cerdas dan birillian, tetapi di Asahan tidak? Sudah sepantasnyalah Bupati Asahan meniru best practice (contoh praktik keberhasilan) Bupati Alor dalam mencanangkan Hutan Kota dengan konsep ecotourism seperti itu? Ketimbang Hutan Kota dibiarkan terlantar, ada baiknya mulai sekarang, ditata ulang, sediakan bibit tanaman langka, plakat nama, serta petugasnya. Apalagi di Asahan sudah ada Asahan Budidaya Gaharu yang menyediakan bibit-bibit gaharu untuk tabungan masa depan anak-anak Asahan. Ini tentu saja perlu dilestarikan. Oleh karena itu, mari ajak setiap tamu kedinasan yang datang dari Luar Asahan untuk menanam sebatang pohon di Hutan Kota atau lebih tepatnya Hutan Nostalgia, atau Hutan Memori, atau apapun itu namanya, agar esok atau lusa mereka memiliki kerinduan untuk berkunjung kembali ke Asahan.
Keterangan Photo:
Photo 1: Areal Hutan Kota Kabupaten Asahan, sumber; Seputar Asahan
Photo 2: Piala Adipura Asahan, sumber; Seputar Asahan
Photo 3: Kunjungan Kepala Pusat Perpustakaan Nasional ke Hutan Nostalgia, sumber: http://www.pnri.go.id/
Sebagai warga asli Kampung Utan, Ragunan Jakarta Selatan...dimana dulu nuansanya jungle abiiiisssss, tarzan + citeehhh dan jean
BalasHapuspi sekarang beda....
Namanya juga hutan kota, jadi isinya hutan yah kota...beda sama kota hutan, kota isinya hutan...
pak dimas tinggal di mana? kota hutan atau hutan kota, pi dah gak gelantungan yah pak :P